Welcome

Selasa, 06 November 2012

fokus kebutuhan utama yang mendorong kerjasama antara lembaga pendidikan dan industri

Diposting oleh Lost Good Thing


Rieger (2008) menyatakan bahwa ada 4 fokus kebutuhan  utama yang mendorong kerjasama antara lembaga pendidikan dan industri yang meliputi.

1. Berlandasakan kebutuhan   siswa.Fokus pada peningkatan kompetensi siswa terkait kebutuhan SDM di industri  dan untuk program pemagangan dan penempatan kerja setelah lulus.

2. Berlandaskan kebutuhan  program. Mengembangkan program atau kerjasama untuk mendidik/mencetak para  peneliti atapun mendirikan pusat peneltian secara bersama.

3. Berlandaskan kebutuhan  penelitian Berlandaskan pada kebutuhan penelitian untuk memecahkan  berbagai kasus  yang terjadi di lingkungan industri dan melakukan diseminasi hasilnya  
dengan masyarakat luas.

4. Berlandaskan kebutuhan relasi Menjalin kerjasama dengan berbagai perusahaan pada semua tingkatan untuk  memperoleh dana sponsorship guna membiayai kegiatan penelitian.


a. Training model

Aktivitas partnership yang mengembangkan kapabilitas dari personel  lembaga yang berpartisipasi, yang didahului dengan kualifikasi  personel pada bidang yang relevan dengan kebutuhan institusi atau  clients yang berpartisipasi.

b. Twinning model

Aktivitas  partnership yang mengimplementasikan program khusus  yang disetujui oleh institusi yang berpartisipasi untuk meningkatkan  efisiensi dan efektifitas program inovatif, agar terjadi peningkatan dan 
akselerasi dampak suatu kegiatan. Kebutuhan bersama antara dua lembaga adalah faktor yang mendorong kegiatan, sehingga diperoleh  keuntungan simbiose antar pihak yang bersekutu.

c. Research model

Aktivitas partnership untuk melakukan penelitian dengan identifikasi  topik-topik penelitian yang bersumber dari problem  – problem yang  berkembang dan sejalan dengan kepentingan lembaga partner.

d. Resource sharing

Aktivitas  partnership untuk mencapai tujuan yang didasarkan pada  kebutuhan bersama dan menggunakan sumber daya yang tersedia  dilembaga yang partisipasi.

e. Commmunity development model

Aktivitas partnership yang mengarah pada keuntungan bersama untuk  meningkatkan kondisi sosial ekonmi dan keberfihakan masyarakat yang dilayani.

f. Built –Operation and Transfer(BOT)

Usaha bersama dalam mennggunakan sumber daya yang lebih maju  dari institusi untuk keperluan dan tujuan produksi, tetapi kelak  keuntungan akan dimiliki oleh lembaga yang berpartisipasi.

Model Partnership dan Sharing Sumber Daya

Diposting oleh Lost Good Thing



Lembaga pendidikan  memiliki fungsi strategis dalam penyediaan tenaga  kerja yang kompeten di pasar kerja. Namun berdasarkan fakta di atas masih ada  gap antara kebutuhan SDM di industri dengan SDM yang dihasilkan oleh lembaga  pendidikan. Akibatnya, fungsi supply-demand antara dunia pendidikan dengan dunia  industri tidak berjalan lancar. Alur proses pendidikan yang  multyentry- multy job  placement  akan sangat sulit dicapai jika output dari proses pendidikan di Indonesia  belum mampu memenuhi standar kompetensi  yang dibutuhkan  pasar kerja


Sejak krisis ekonomi melanda, banyak perusahaan mengalami penurunan daya  saing di pasar internasional. Demikian juga di bidang pendidikan kesulitan ekonomi  menjadikan semakin terbatasnya dana pendidikan dari pemerintah. Pendidikan  bertujuan menghasilkan SDM yang kompeten dan professional namun dukungan  dana yang minim tentu sangatlah  sulit  mencapai tujuan tersebut.  Perubahan pasar dan kemajuan teknologi yang sangat cepat menempatkan  profesionalisme sumber daya manusia sebagai aset utama perusahaan. Dalam kondisi  ini pengembangan sumber daya manusia yang berkesinambungan dan selaras dengan perubahan tersebut menjadi kunci utama untuk meningkatkan profesionalisme dan  meningkatkan daya saing. Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang sangat  penting dalam upaya meningkatkan daya saing dan kunci dalam memenangkan  persaingan usaha yang semakin ketat seiring dengan liberalisasi ekonomi. Kenyataan  ini menuntut  suatu program pembinaan SDM yang komprehensif dan holistik (Beny 
Sutrisno, 2001).

Menurut Hendra Suryono (2001) pada era globalisasi dan tingginya velositas menuntut pengelolaan sumber daya yang ada dengan tepat, terutama sumber daya  yang terbarukan (renewable) yaitu keterampilan dan keahlian tenaga kerja agar tetap  selaras dengan kemajuan teknologi yang sangat cepat dan perubahan pasar. Hal ini  menuntut departemen sumber daya manusia  di perusahaan untuk mampu mengelola  SDM di perusahaan dengan baik sehingga kontinuitas dan ketepatan produksi  terjamin.    Output lembaga pendidikan yang sesuai kebutuhan industri hanya akan  terwujud jika pelaksanaan pendidikan  dipacu oleh industri dan industri hanya akan  eksis jika didukung ketersediaan SDM yang berkualitas dari lembaga pendidikan. Tujuan pendidikan dan kebutuhan industri yang saling terkait ini perlu  diikat lebih  erat dengan membangun pola kemitraan (partnership) antara lembaga pendidikan dan  industri.

Dengan membangun kemitraan yang berwawasan inovasi bisnis antara dunia  industri dan lembaga pendidikan maka akan menjadi kekuatan yang besar untuk  memenangkan persaingan dipasar global. Dengan menjadikan lembaga pendidikan  sebagai mitra bisnis  maka hasil dari produk pendidikan dapat dinikmati oleh kalangan dunia usaha dan industri untuk meningkatkan profit usaha. Sebagai mitra  bisnis maka antara lembaga pendidikan dan dunia industri harus menghasilkan  produk yang berorientasi pada nilai jual (bisnis) di pasar global. Dengan dukungan  industri maka lembaga pendidikan tidak lagi menghasilkan pengangguran terdidik  seperti yang selama ini banyak disinyalir. Dengan dukungan industri lembaga  pendidikan akan menghasilkan produk-produk berkomoditas bisnis yang mampu  mendorong tumbuhnya  entrepreneurship serta inovasi bisnis  bagi industri dalam  menembus pasar global.

Jenis- Jenis Model pembelajaran yang humanistic

Diposting oleh Lost Good Thing


Model pembelajaran yang humanistic antara lain ( Darmiyati Zuchdi 2008: 27):

1. humanizing of the classroom, kelas ini dilatarbelakangi oleh kondisi sekolah  yang otoriter, tidak manusiawai, sehingga membuat peserta didik putus asa yang  akhirnya mengakhiri hidupnya alias bunuh diri. Pendidikan model ini bertempu  pada 3 hal: menyadari diri sebagai suatu proses pertumbuhan yang sedang dan  akan terus berubah, mengenali konsep dan identitas diri, dan menyatupadukan  kesadaran hati dan pikiran. Perubahan ini dilakukan tidak terbatas pada sub tansi  materi saja, tetapi lebih penting pada aspek metodologis yang dipandang sangat  manusiawi.

2. active learning; model pembelajaran ini adalah bahwa belajar bukan merupakan  konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa karena  membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. 

3. quantum teaching; pembelajaran yang berusaha mengubah suasana belajar yang  monoton dan membosankan kedalam suasana belajar yang meriah dan gembira  dengan memadukan potensi fisik, psikis dan emosi siswa menjadi suatu kesatuan  kekuatan yang integral.

4. the accelerated learning; merupakanpembelajaran yang dipercepat. Konsep  dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu berlangsung secara  cepat, menyenangkan, dan memuaskan. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang  sekilas tampak  tidak mempunyai persamaan, tampak tidak mempunyai  persamaan, misalnya hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran  fisik dan kesehatan  emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.


Kekerasan dalam pendidikan muncul akibat adanya pelanggaran yang disertai  dengan penghukuman  terutama fisik, akibat buruknya sistem dan kebijakan pendidikan  yang berlaku, dimana muatan kurikulum yang hanya mengandalkan kemampuan aspek  kognitif dan mengabaikan  pendidikan dengan kemampuan afektif, selain itu dipengaruhi  perkembanngan kehidupan masyarakat yang mengalami pergeseran cepat sehingga  menimbulkan sikap instant solution/ jalan pintas dan kekerasan yang dipengaruhi oleh  latar belakang social-ekonomi pelaku. Humanisasi pendidikan dapat dijadikan solusi agar  praktek kekerasan dalam pendidikan dapat berkurang bahkan dapat dihilangkan. Karena  humanisasi pendidikan merupakan upaya untuk menyiapkan generasi yang cerdas nalar,  cerdas emosional dan cerdas spiritual bukan menciptakan manusia yang kerdil, pasif, dan  tidak mampu menngatasi persoalan yang dihadapi. Model pembelajaran yan g humanistik antara lain: 

(1) humanizing of the classroom; 
(2) active learning; 
(3) quantum teaching;
(4) the accelerated learning.

 Diharapkan dengan adanya humanisasi pendidikan dapat  mengurangi bahkan menghilangkan praktek kekerasan di dalam lembaga pendidikan  penerapan metode pembelajaran yang humanis dan internalisasi nilai-nilai agama, moral dan budaya nasional dalam keseluruhan proses pendidikan.

Humanisasi Pendidikan

Mengingat bahwa pendidikan adalah ilmunormatif, maka fungsi institusi  pendidikan adalah menumbuh kembangkan subyek didik ke tingkat yang normatif lebih  baik, dengan cara/jalan yang baik, serta dalam konteks yang positif. Disebut subyek didik  karena peserta didik bukan  merupakan obyek yang dapat  diperlakukan semaunya  pendidik  bahkan seharusnya dipandang sebagai manusia lengkap dengan harkat  kemanusiannya.

Menurut Freire (Degeng 1999: 16), fitrah manusia sejati, adalah menjadi pelaku  atau subyek, bukan  penderita atau obyek. Panggilan,  manusia sejati adalah menjadi  pelaku yang sadar, yang bertindak mengatasi dunia,  serta realitas yang menindasnya.


Dunia dan realitasnya bukan sesuatu yang ada, dengan sendirinya dan karena itu harus  diterima menurut apa,adanya  sebagai  suatu takdir atau nasib yang tak terelakkan.  Manusia harus menggeluti dunia dan realitas dengan penuh sikap kritis dan daya cipta,  dan itu berarti manusia  mampu memahami keberadaan dirinya. Oleh karena itu  pendidikan harus berorientasi pada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri,  dan harus mampu mendekatkan manusia dengan lingkungannya. Adanya  beberapa  bentuk kekerasan dalam  pendidikan yang masih merajalela  merupakan indikator bahwa proses atau  aktivitas pendidikan kita masih jauh dari nilainilai kemanusiaan. Di sinilah  urgensi humanisasi pendidikan. Humanisasi pendidikan  merupakan upaya untuk menyiapkan generasi yang cerdas nalar, cerdas emosional, dan  cerdas spiritual,  bukan menciptakan manusia yang kerdil, pasif, dan tidak mampu  mengatasi persoalan yang diahadapi.


Kekerasan Dalam Pendidikan

Kekerasan dalam pendidikan muncul akibat adanya pelanggaran yang disertai  dengan penghukuman  terutama fisik, akibat buruknya system dan kebijakan pendidikan  yang berlaku, dimana muatan kurikulum yang hanya mengandalkan kemampuan aspek  kognitif dan mengabaikan  pendidikan dengan kemampuan afektif, selain itu dipengaruhi  perkembanngan kehidupan masyarakat yang mengalami pergeseran cepat sehingga  menimbulkan sikap instant solution/ jalan pintas dan kekerasan yang dipengaruhi oleh  latar belakang social-ekonomi pelaku. (Nurul Zuriah, 2006: 31). Selain itu penyebab  kekerasan dalam pendidikan dapat dilihat dari kondisi pendidikan saat ini, yaitu kondisi  internal dan eksternal. Kondisi internal merupakan factor yang berpengaruh langsung  bagi perilaku para pelajar atau mahasiswa dan tenaga pendidiknya. Pada kondisi internal  sejauh  ini dijumpai kesenjangan  (discrepancy,gap) yang cukup dalam antara upaya  pemerintah dalam memajukan pendidikan (idealisas) dengan kondisi riil yang dialami dilapangan (realitas). Sedangkan kondisi eksternal adalah kondisi non pendidikan yang  merupakan factor tidak langsung menimbulkan potensi kekerasan dalam pendidikan.  Kondisi ini tampak dalam kehidupan social dan budaya masyarakat dimana pelaku  pendidikan berada didalamnya. (Suprijanto 2009: 22)  Misalnya masalah pengguna  narkoba semakin menimgkat dilakukan oleh para pelajar bahkan pornografi dan  pergaulan bebas. Semua itu menjadi masalah krusial dalam pendidikan karena kekerasan dalam pendidikan bias dipengaruhi secara tidak langsung oleh kondisi eksternal tersebut.

Tipologi kekerasan dalam pendidikan (TIM ICCE UIN 2008: 44), dapat  dibedakan menjadi 4 antara lain:

1. kekerasan terbuka yakni kekerasan yang dapat dilihat/ diamati secara  langsung. Misalnya guru mencubit atau menjewer siswanya yang tidak  mengerjakan tugas, perkelahian antar siswa.

2. kekerasan tertutup yakni kekerasan tersembunyi/ tidak dilihat secara langsung.  Misalnya mengancam/intimidasi contohnya kasus demonstran mahasiswa.

3. kekerasan agresif yakni kekerasan yang dilakukan untuk mendapatkan sesuatu, seperti merampas, pemerkosaan atau pencabulan yang sering  dilakukan oleh pengajar kepada siswa SD dan SMP

4. kekerasan defentif yakni kekerasan yang dilakukan sebagai tindakan  perlindungan.



Humanisasi Pendidikan Sebagai Solusi Kekerasan Dalam Lembaga Pendidikan

Beberapa bentuk kekerasan dalam pendidikan yang masih meraja lela  merupakan indikator bahwa proses atau aktivitas pendidikan kita masih jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu humanisasi pendidikan dapat dijadikan solusi agar  praktek kekerasan dalam pendidikan dapat berkurang bahkan dapat dihilangkan. Karena  humanisasi pendidikan merupakan upaya untuk menyiapkan generasi yang cerdas nalar,
cerdas emosional dan cerdas spiritual bukan menciptakan manusia yang kerdil, pasif, dan  tidak mampu menngatasi persoalan yang dihadapi.


Diharapkan dengan adanya humanisasi pendidikan dapat mengurangi bahkan  menghilangkan praktek kekerasan di dalam lembaga pendidikan di Indonesia. Agar  pendidikan berjalan tanpa kekerasan tersebut maka perlu dipertimbangkan pendidikan  nilai yang efektif, penerapan metode pembelajaran yang humanis dan internalisasi nilainilai agama, moral dan budaya nasional dalam keseluruhan proses pendidikan. Untuk itu
pemahaman yang cukup untuk pendidikan yang humanis perlu diketahui oleh semua  pihak yang terlibat dalam pendidikan sebagai solusi kekerasan dalam pendidikan  tersebut.



Diharapkan dengan adanya humanisasi pendidikan dapat mengurangi bahkan  menghilangkan praktek kekerasan di dalam lembaga pendidikan di Indonesia. Agar  pendidikan berjalan tanpa kekerasan tersebut maka perlu dipertimbangkan pendidikan  nilai yang efektif, penerapan metode pembelajaran yang humanis dan internalisasi nilainilai agama, moral dan budaya nasional dalam keseluruhan proses pendidikan. Untuk itu
pemahaman yang cukup untuk pendidikan yang humanis perlu diketahui oleh semua  pihak yang terlibat dalam pendidikan sebagai solusi kekerasan dalam pendidikan tersebut.








Senin, 05 November 2012

pengertian fungsi pendidikan

Diposting oleh Lost Good Thing


Pada hakekatnya fungsi pendidikan adalah  untuk mengembangkan kemampuan serta  meningkatkan mutu kehidupan dan martabat  manusia. (Undang–Undang Nomor 20 Tahun  2003).  Siswa sebagai subjek belajar, memiliki potensi dan karakteristik unik, sangat  menentukan keberhasilan pendidikan.  Kemampuan dan kesungguhan siswa merespon  pengetahuan, nilai dan ketrampilan mempunyai  andil yang besar dalam keberhasilan belajar.

Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi  oleh banyak hal yang sangat kompleks, yaitu  siswa, sekolah, keluarga dan lingkungan  masyarakat. Untuk menghasilkan siswa yang  berkualitas dan berprestasi, perlu adanya  optimalisasi seluruh unsur tersebut.


Tugas guru membantu siswa mencapai  tujuannya, maksudnya guru lebih banyak  berurusan dengan strategi daripada memberi  informasi, tetapi justru siswa yang aktif mencari  informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai  sebuah tim yang bekerja bersama untuk  menemukan sesuatu yang baru bagi anggota  kelas (siswa). 
Guru juga dapat mengembangkan iklim komunikasi di kelas selama pembelajaran  berlangsung. Iklim komunikasi yang dimaksud adalah adanya umpan balik interaktif antara  guru dan peserta didik. Dengan demikian, siswa akan mampu memberikan respon balik terhadap materi pembelajaran secara aktif, tidak  harus menunggu informasi dari guru.